Do’a Sebelum Belajar
رَبِّ
زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ
الصَّالِحِيْنَ
Robbii Zidnii ‘Ilmaa, Warzuqnii Fahmaa,
Waj’alnii Minash-Shoolihiin Amiin Ya Robbal ‘Aalamiin
Artinya : Ya Alloh Tambahkanlah aku ilmu, Dan
berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, Dan jadikanlah aku termasuk
golongannya orang-orang yang shoolih. Ya Alloh kabulkanlah do’aku ini.
Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang
diberikan kepada kita. Lisan merupakan anggota badan manusia yang cukup kecil
jika dibandingkan anggota badan yang lain. Akan tetapi, ia dapat menyebabkan
pemiliknya ditetapkan sebagai penduduk surga atau bahkan dapat menyebabkan
pemiliknya dilemparkan ke dalam api neraka.
إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا
يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم
بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم
“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat
yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab
perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba
mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia
menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke
dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wajibnya Menjaga Lisan
Allah Ta’ala berfirman:
وَلا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.
Al-Isra: 36)
Qotadah menjelaskan ayat di atas, “Janganlah
kamu katakan ‘Aku melihat’ padahal kamu tidak melihat, jangan pula katakan ‘Aku
mendengar’ sedang kamu tidak mendengar, dan jangan katakan ‘Aku tahu’ sedang
kamu tidak mengetahui, karena sesungguhnya Allah akan meminta
pertanggung-jawaban atas semua hal tersebut.”
Ibnu katsir menjelaskan makna ayat di atas
adalah sebagai larangan untuk berkata-kata tanpa ilmu. (Tafsir
Ibnu Katsir)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
bersabda:
وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika
tidak maka diamlah.”(Muttafaqun ‘alaihi)
Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits di
atas adalah, “Jika engkau hendak berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika
yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang
nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari
mengucapkan perkataan tersebut).” (Asy-Syarhul Kabir ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah)
Ciri Muslim yang Baik
Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang
adalah dia mampu meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu,
مِنْ
حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
“Di antara tanda baiknya Islam seseorang
adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.”
Oleh karena itu, termasuk di antara tanda
baiknya Islam seseorang adalah ia menjaga lisannya dan meninggalkan
perkataan-perkataan yang tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya atau bahkan
perkataan yang dapat mendatangkan bahaya bagi dirinya.
Bahaya Tidak Menjaga Lisan
Salah satu bahaya tidak menjaga lisan adalah
menyebabkan pelakunya dimasukkan ke dalam api neraka meskipun itu hanyalah
perkataan yang dianggap sepele oleh pelakunya. Sebagaimana hal ini banyak
dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salah
satunya adalah hadits yang telah disebutkan di atas.
Atau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ketika beliau
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka,
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan
tentang rukun iman dan beberapa pintu-pintu kebaikan, kemudian berkata
kepadanya: “Maukah
kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?” kemudian
beliau memegang lisannya dan berkata: “Jagalah ini” maka aku (Mu’adz)
tanyakan: “Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan
kita?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Semoga
ibumu kehilanganmu! (sebuah ungkapan agar perkataan selanjutnya
diperhatikan). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas
wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.”
(HR. At-Tirmidzi)
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah
berkata mengenai makna hadits di atas, “Secara dzahir hadits Mu’adz
tersebut menunjukkan bahwa perkara yang paling banyak menyebabkan seseorang
masuk neraka adalah karena sebab perkataan yang keluar dari lisan mereka.
Termasuk maksiat dalam hal perkataan adalah perkataan yang mengandung
kesyirikan, dan syirik itu sendiri merupakan dosa yang paling besar di sisi
Allah Ta’ala.
Termasuk maksiat lisan pula, seseorang berkata tentang Allah tanpa dasar ilmu,
ini merupakan perkara yang mendekati dosa syirik. Termasuk di dalamnya pula
persaksian palsu, sihir, menuduh berzina (terhadap wanita baik-baik) dan
hal-hal lain yang merupakan bagian dari dosa besar maupun dosa kecil seperti
perkataan dusta, ghibah dan namimah. Dan segala bentuk perbuatan maksiat pada
umumnya tidaklah lepas dari perkataan-perkataan yang mengantarkan pada
terwujudnya (perbuatan maksiat tersebut). (Jami’ul Ulum wal Hikaam)
Buah menjaga lisan
Buah menjaga lisan adalah surga. Sebagaimana
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له
الجنة
“Barangsiapa yang mampu menjamin untukku apa
yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua
kakinya (kemaluan) aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari)
Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk
menjaga lisan dan kemaluannya dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah,
dalam rangka untuk mencari keridhaan-Nya dan mengharap balasan berupa pahala
dari-Nya. Semua ini adalah perkara yang mudah bagi orang-orang yang dimudahkan
oleh Allah Ta’ala.
(Kitaabul
Adab)
Penutup
Ketika kita telah mengetahui bahaya yang
timbul akibat tidak menjaga lisan, dan kita pun telah mengetahui bagaimana
manisnya buah menjaga lisan, sudah sepantasnya kita selalu berfikir sebelum
kita mengucapkan suatu perkataan. Apakah kiranya perkataan tersebut akan
mendatangkan keridhaan Allah Ta’ala atau bahkan sebaliknya ia
akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Cukuplah kita selalu
mengingat firman Allah Ta’ala (artinya):
مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan
ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 18).
Juga firman Allah Ta’ala (artinya):
وَلا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.
Al-Isra: 36)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa meluruskan
lisan-lisan kita, memperbaiki amalan-amalan kita dan memberikan kita taufik
untuk mengamalkan perkara yang Dia cinta dan Dia ridhai.
Do’a
Sesudah Belajar
اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّـبَاعَه وَأَرِنَا الْبَاطِلَ
بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Aallohumma Arinal Haqqo Haqqon
Warzuqnattibaa’ahu. Wa Arinalbaathila Baa-Thilan Warzuqnajtinaabahu
Artinya : Ya Alloh, tunjukkanlah kepada kami
kebenaran sehinggga kami dapat mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami
kejelekan sehingga kami dapat menjauhinya
***
Referensi:
- Asy-Syarhul
Kabir ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah, Syaikh Muhammad bin Shalih
Al ‘Utsaimin dll, Maktabah Al Islamiyyah, Kairo
- Jami’ul
‘Ulum wal Hikam, Imam Ibnu Rajab Al Hambali, Muassasah
Ar-Risalah, Beirut
- Kitabul
Adab, Fuad bin ‘Abdul aziz Asy-Syalhub, Daarul Qasim, Riyadh
- Nashihatii
lin-Nisaa’, Ummu Abdillah Al Wadi’iyyah, Daarul
Atsar, Shan’a
- Tafsir
Ibnu Katsir, Abul Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir
Al Qurosyi, Daaruth Thoyyibah (Maktabah Syamilah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar