Do’a Sebelum Belajar
رَبِّ
زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ
الصَّالِحِيْنَ
Robbii Zidnii ‘Ilmaa, Warzuqnii Fahmaa,
Waj’alnii Minash-Shoolihiin Amiin Ya Robbal ‘Aalamiin
Artinya : Ya Alloh Tambahkanlah aku ilmu, Dan
berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, Dan jadikanlah aku termasuk
golongannya orang-orang yang shoolih. Ya Alloh kabulkanlah do’aku ini.
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb
semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi
Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Kita sama-sama tahu, Ramadhan memiliki
keistimewaan dengan Al-Qur'an. Karena Allah telah pilih Ramadhan sebagai bulan
diturunkannya Al-Qur'an untuk pertama kalinya.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Allah telah menurunkan Al-Qur'an pada bulan
ini, di salah satu malamnya, yaitu Lailatul Qadar. Dengan sebab ini membaca
Al-Qur'an pada bulan Ramadhan memiliki keistimewaan lebih dan menjadi sarana
penyempurna shiyam.
Dahulu, Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam memperdengarkan Al-Qur'an beliau kepada Jibril ‘alaihissalam
pada bulan Ramadhan. Beliau bertadarrus Al-Qur'an dengan Jibril. “Adalah Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam orang yang paling pemurah dalam kebaikan. Beliau
akan semakin dermawan pada Ramadhan saat Jibril mendatanginya dan mengaji
Al-Qur'an dengannya. Adalah Jibril mendatanginya setiap malam dari malam-malam
bulan Ramadhan dan memperdengarkan Al-Qur'an darinya." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Kedatangan Jibril untuk mengaji Al-Qur'an
bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada
malam-malam Ramadhan menunjukan pentingnya membaca Al-Qur'an di bulan penuh
berkah ini.
Ibnu Rajab berkata, "Hadits tersebut
menunjukkan sunnahnya mengkaji Al-Qur'an pada bulan Ramadhan, berkumpul untuk
mengkajinya. Di dalamnya juga terdapat dalil anjuran memperbanyak tilawah
Al-Qur'an pada malam Ramadhan, karena pada malam hari kesibukan telah habis,
tekad menguat, sementara hati dan lisan bersatu untuk merenungkan, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا
وَأَقْوَمُ قِيلًا
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah
lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan."
(QS. Al-Muzzammil: 6)
Umumnya orang malas membaca Al-Qur'an di luar
Ramadhan. Sampai-sampai sepanjang tahun mereka hanya menghatamkan Al-Qur'an
sekali. Bahkan ada yang selama 11 bulan hanya setengah Al-Qur'an. Dan ada yang
lebh sedikit dari itu. Tapi saat datang Ramadhan mereka serius membaca
Al-Qur'an, bahan ada yang dalam satu bulan menghatamkannya sekali, dua kali,
atau lebih dari itu.
Bukan berarti kebiasaan di atas buruk dan
tidak berpahala. Tidak. Orang yang mengamalkan kebiasaan di atas tetap dapat
pahal. Tapi selayaknya orang tersebut tidak meninggalkan Al-Qur'an sepanjang
pekan atau bulan. Karena Allah mencela orang-orang yang meninggalkan Al-Qur'an.
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي
اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an ini suatu yang tidak diacuhkan".”
(QS. Al-Furqon: 30)
Seorang muslim hendaknya memiliki perhatian
besar kepada Al-Qur'an. Yaitu dengan membacanya, mengkajinya, mengamalkan
isinya, dan berhukum dengannya. Karena Al-Qur'an diturunan untuk diamalkan dan
diterapkan, walaupun membacanya termasuk bagian dari mengamalkannya yang akan diberi
pahala. Yaitu setiap huruf diganjar dengan 10 kebaikan. Membaca Aliif Laam
Miim, terhitung 30 kebaikan. Subhanallah.
. . . Kedatangan Jibril untuk mengaji
Al-Qur'an bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada
malam-malam Ramadhan menunjukan pentingnya membaca Al-Qur'an di bulan penuh
berkah ini. . .
Teladan Salaf dalam Tilawah Al-Qur'an
Para ulama kita terdahulu juga telah memberi
teladan dalam hal ini. Mereka sangat memperhatikan kitabullah di Ramadhan.
Misalnya Utsman bin Affan radliyallah 'anhu, pada bulan
Ramadlan menghatamkan Al-Qur'an sehari sekali. Sebagian ulama salaf yang lain
menghatamkannya pada shalat malam/qiyam Ramadhan setiap tiga hari sekali.
Sebagian lain menghatamkannya semingu sekali. Dan yang lainnya sepuluh hari
sekali. Mereka membaca Al-Qur'an dalam shalat dan di luar shalat.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Adapun
yang menghatamkan Al-Qur'an dalam satu raka'at, maka tidak dapat dihitung
karena banyaknya. Di antara ulama terdahulu: Utsman bin 'Affan, Tamim al-Daari,
Sa'id bin Jubair Radhiyallahu 'Anhu, beliau
menghatamkan dalam satu raka'at di dalam Ka'bah."
Ibnul Hakam berkata, "Adalah Malik -rahimahullah-,
apabila sudah masuk Ramadhan beliau lari dari membaca hadits dan berkumpul
bersama ulama."
Imam asy-Syafi'i rahimahullah, pada bulan Ramadhan
menghatamkan Al-Qur'an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Imam Qatadah rahimahullah
senantiasa menghatamkan setiap tujuh hari sekali. Pada bulan
Ramadhan setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir,
menghatamkannya setiap malam.
Imam al-Zuhri rahimahullah jika sudah memasuki
Ramadhan tidak lagi membaca hadits dan tidak hadir di majelis ilmu, beliau
hanya membaca Al-Qur'an dari mushaf. Beliau mengatakan saat sudah masuk
Ramadhan, "Sesungguhnya (pekerjaan itu) hanya membaca
Al-Qur'an dan memberi makan."
Abdurazaq berkata, "Sufyan ats-Tsauri
jika sudah masuk Ramadhan meninggalkan segala bentuk ibadah dan hanya membaca
Al-Qur'an"
Imam al-Dzahabi berkata, "Telah
diriwayatkan dari banyak jalur bahwa Abu Bakar bin 'Ayyasy tinggal selama empat
puluh tahun menghatamkan Al-Qur'an sekali dalam sehari semalam."
Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
"(Maksud) adanya larangan membaca Al-Qur'an (menghatamkannya) kurang dari
tiga hari yaitu jika dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama
seperti bulan Ramadhan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk
luar makkah, dianjurkan memperbanyak tilawah Al-Qur'an di sana, untuk
menghargai kemuliaan tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat imam Ahmad,
Ishaq, dan imam-imam lainya. Hal ini didukung dengan amalan selain
mereka."
Menangis ketika membaca al-Qur'an
Kebiasaan para ulama terdahulu, mereka membaca
Al-Qur'an dengan direnungkan dan dipahami isinya. Mereka sangat terpengaruh
dengan kalamullah dan hati mereka terenyuh. Dalam shahih al-Bukhari, dari Abdullah
bin Mas'ud radliyallah
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Bacakan untukku." Aku menjawab, "Apa aku pantas
membacakan Al-Qur'an kepada anda, sedangkan kepada andalah Al-Qur'an ini diturunkan?".
Beliau bersabda, "Sungguh aku senang mendengarkan Al-Qur;an dari
selainku." Dia berkata, "Aku membaca surah al-Nisa' sehingga ketika
aku sampai:
فَكَيْفَ
إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ
شَهِيدًا
"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti),
apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)."
(QS. An-Nisa': 41). Beliau bersabda: "cukup!". Lalu beliau berbalik,
tiba-tiba kedua matanya sudah basah.
Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah
'anhu berkata: ketika diturunkan
أَفَمِنْ
هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ
"Maka apakah kamu merasa heran terhadap
pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?"
(QS. An-Najm: 59-60) Ahlu shuffah menangis sehingga air mata mereka mengalir di
pipi-pipi mereka. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mendengar tangisan mereka, beliau menangis bersama mereka dan kamipun menangis
karena tangisan beliau. Lalu beliau bersabda, "Tidak akan tersentuh api
neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah."
Ibnu Umar radliyallah 'anhu pernah membaca
surat al-Muthaffifin, ketika sampai:
يَوْمَ
يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
"(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri
menghadap Tuhan semesta alam?" beliau menangis hingga pingsan,
dan tidak kuasa melanjutkannya.
Dari Muzahim bin Zufar berkata: "sufyan
ats-Tsauri shalat Maghrib bersama kami, ketika bacaan beliau sampai
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan
hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS.
Al-Fatihah: 5) lalu beliau menangis hingga terputus bacaan beliau kemudian
mengulanginya lagi dari al-hamdu.
Dari Ibrahim bin al-Asy'asy berkata, "Aku
mendengar Fudhail pada satu malam berkata saat ia membaca surat Muhammad, dia
dalam keadaan menangis dan bertambah tangisannya saat sampai pada ayat,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ
أَخْبَارَكُمْ
"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji
kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara
kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu."
(QS. Muhammad: 31)
Beliau berkata, "dan
agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." Dia
mengulanginya dan "(ia berkata) Engkau memberi tahu tentang hal ihwal
kami, jika Engkau membuka hal ihwal kami berarti Engkau memperlihatkan
kesalahan-kesalahan kami dan menyingkap penutup-penutup kami. Jika Engkau
menyatakan hal ihwal kami pastinya Engkau membinasakan kami dan menyiksa
kami." Dan beliau (Fudhail) menangis. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Do’a
Sesudah Belajar
اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّـبَاعَه وَأَرِنَا الْبَاطِلَ
بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Aallohumma Arinal Haqqo Haqqon
Warzuqnattibaa’ahu. Wa Arinalbaathila Baa-Thilan Warzuqnajtinaabahu
Artinya
: Ya Alloh, tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehinggga kami dapat
mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami kejelekan sehingga kami dapat
menjauhinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar