Do’a Sebelum
Belajar
رَبِّ
زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ
الصَّالِحِيْنَ
Robbii Zidnii ‘Ilmaa, Warzuqnii Fahmaa,
Waj’alnii Minash-Shoolihiin Amiin Ya Robbal ‘Aalamiin
Artinya
: Ya Alloh Tambahkanlah aku ilmu, Dan berilah aku karunia untuk dapat
memahaminya, Dan jadikanlah aku termasuk golongannya orang-orang yang shoolih.
Ya Alloh kabulkanlah do’aku ini.
بِسْــــــــــــــمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Jujur adalah sifat penting bagi Islam. Salah
satu pilar Aqidah Islam adalah Jujur. Jujur adalah berkata terus terang dan
tidak bohong. Orang yang bohong atau pendusta tidak ada nilainya dalam Islam.
Bahkan bisa jadi orang pendusta ini
digolongkan sebagai orang yang munafik. Orang-orang munafik tergolong orang
kafir. Nauzubillah. Allah berfirman :
Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami
beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah
Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta. [QS.2 Al-Baqarah :8-10]
Kalau seandainya ummat Islam seorang pendusta,
tidak jujur, tentunya ketika ia menyatakan beriman, maka imannya sangat rapuh
untuk dipercaya, karena orangnya tidak amanah atau dapat dipercaya karena telah
dianggap pendusta.
Memang kita diciptakan manusia ini dua jalan.
Jalan kejahatan dan Jalan kebaikan.
Firman Allah ta’ala:
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. [QS. As-syam :8]
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. [QS.
Al-Balad :10-11]
Yang dimaksud dengan “Dua jalan” ialah jalan
kebajikan dan jalan kejahatan. Jalan kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak
dikerjakan, tetapi jalan kebaikan dan kebajikan adalah jalan yang sulit,
mendaki lagi sukar.
Kalau kita memilih jalan kebaikan, kebajikan.
Inilah jalan yang diridhoi Allah subhanahu wata’ala, dan orang yang berada
dijalan ini akan mendapat ganjaran dari allah subhanahu wata’ala. Tetapi jalan
kebaikan ini tidak mudah, sulit lagi sukar.
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi
sukar itu?
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,atau
memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan
kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. [QS. Al-Balad :12-16]
Demikianlah jalan kebaikan yang harus
orang-orang mu’min tempuh dan selalu bersabar berada dijalannya sama seperti
kita puasa dibulan ramadhan ini tetap sabar dalam menjalankan ibadah dan segala
kebaikan dan kebajikan yang kita amalkan selama dalam bulan Ramadhan.
Perbuatan baik dijalan yang baik tersebut
diantaranya juga bersikap jujur. Jujur dalam segala perbuatan dan perbuatan
kita. Karena orang yang terbiasa tidak jujur akan selalu menjadi serentetan
kebohongan berikutnya yang lambat laun menjadi kebiasaan, dan dicaplah sebagai
pembohong atau pendusta, nauzubillah.
Hadits nabi membawa pesan nabi salallohu
alaihi wasalam tentang kejujuran adalah:
Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya
jujur itu mengantarkan kamu pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya
mengantarkan pada surga.
Sedangkan dusta akan mengantarkan pada
keburukan dan dosa, dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka.
[Hadits: Mutafaqun Alaih]
Oleh sebab itu hendaklah kita akan senantiasa
jujur. Dan dikatakan kita sebagai orang yang jujur. Orang jujur ada kemungkinan
akan teguh dalam memegang amanah. Sedangkan orang yang pendusta atau tidak
jujur sama sekali tidak bisa memegang amanah.
Jujur dan amanah adalah serangkaian sifat yang
perlu kita sikapi. Sebagaimana rasulullah adalah seorang yang mempunyai sifat
jujur, terpercaya [Amanah]. Oleh sebab itu kita patut menjadikan Rasulullah
sebagai suri tauladan yang baik.
Sebagaimana Firman allah ta’ala:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [QS.
Al-Ahzab :21]
Pengertian Amanah Dalam Islam
Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan
Allah kepada manusia untuk dilaksanakan yang tercakup di dalamnya
Khilafah ilahiyah (khalifat allah, ibad
allah),
Khilafah takwiniah (al-taklif al-syar’iah)
dalam kaitannya dengan hablun min allah dan hablun min al-nas.
Dalam ajaran Al-Qur’an manusia adalah makhluk
yang memikul beban (mukallaf). Pembebanan (taklif) meliputi hak dan kewajiban.
Setiap beban yang diterima manusia harus dilaksanakan sebagai amanah.
Amanah mempunyai akar kata yang sama dengan
kata iman dan aman, sehingga mu’min berarti yang beriman, yang mendatangkan
keamanan, juga yang memberi dan menerima amanah. Orang yang beriman disebut
juga al-mu’min, karena orang yang beriman menerima rasa aman, iman dan amanah.
Bila orang tidak menjalankan amanah berarti
tidak beriman dan tidak akan memberikan rasa aman baik untuk dirinya dan sesama
masyarakat lingkungan sosialnya. Dalam sebuah hadis dinyatakan “Tidak ada iman
bagi orang yang tidak berlaku amanah”.
Dalam kontek hablun min allah, amanah yang
dibebankan Allah kepada manusia adalah Tauhid artinya pengakuan bahwa hanya
Allah yang harus disembah, hanya Allah yang berhak mengatur kehidupan manusia
dan hanya Allah yang harus menjadi akhir tujuan hidup manusia, sehingga
pelanggaran terhadap tauhid adalah syirik dan orang musyrik adalah orang
khianat kepada Allah.
Termasuk dalam kontek ini pula adalah
mengimani seluruh aspek yang termuat dalam rukun iman dan melaksanakan ubudiyah
yang termaktub dalam rukun islam.
Manusia diperintah Allah untuk menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya (QS. 4 : 58), hal ini berkaitan dengan
tatanan berinteraksi sosial (muamalah) atau hablun min al-nas.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan [menyuruh kamu] apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (QS. An-Nisa :58)
Sifat dan sikap amanah harus menjadi
kepribadian atau sikap mental setiap individu dalam komunitas masyarakat agar
tercipta harmonisasi hubungan dalam setiap gerak langkah kehidupan.
Dengan memiliki sikap mental yang amanah akan
terjalin sikap saling percaya, positif thinking, jujur dan transparan dalam
seluruh aktifitas kehidupan yang pada akhirnya akan terbentuk model masyarakat
yang ideal yaitu masyarakat aman, damai dan sejahtera.
Pengertian Amanah
Amanah secara etimologis (pendekatan
kebahasaan/lughawi) dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina-
amanatan) yang berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia amanah berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan.
Amanah menurut pengertian terminologi
(istilah) terdapat beberapa pendapat, diantaranya menurut Ahmad Musthafa
Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai
kepada yang berhak memilikinya.
Sedangkan menurut Ibn Al-Araby, amanah adalah
segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang diambil
dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat
diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah menyampaikan hak apa saja kepada
pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak
orang lain, baik berupa harga maupun jasa.
Amanah merupakan hak bagi mukallaf yang
berkaitan dengan hak orang lain untuk menunaikan nya karena menyampaikan amanah
kepada orang yang berhak memilikinya adalah suatu kewajiban.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah
kepada 3 macam, yaitu :
1. Amanah
manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara
berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya. Termasuk
di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal yang
bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya
seluruh maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Amanah
manusia kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang
mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya
yang merupakan kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara
keseluruhan.
Termasuk
pada jenis amanah ini adalah
Pemimpin
berlaku adil terhadap masyarakatnya,
Ulama
berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada mereka
untuk memiliki i’tikad yang benar,
Memberi
motivasi untuk beramal yang memberi manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat,
Memberikan pendidikan yang baik, menyuruh berusaha yang halal serta memberikan
nasihat-nasihat yang dapat memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala
kejelekan dan dosa serta mencintai kebenaran dan kebaikan.
Amanah
dalam katagori ini juga adalah seorang suami berlaku adil terhadap istrinya
berupa salah satu pihak pasangan suami-istri tidak menyebarkan rahasia
pasangannya, terutama rahasia yang bersifat khusus yaitu hubungan suami istri
3. Amanah
manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah
melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
Amanah merupakan faktor utama terciptanya
kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, sebab dengan sikap amanah semua
komponen bangsa akan berlaku jujur, tanggung jawab dan disiplin dalam setiap
aktifitas kehidupan.
Mewabahnya korupsi, monopoli dan oligapoli
dalam berbagai lapangan kerja dan sektor ekonomi baik ekonomi mikro maupun
ekonomi makro, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, hilangnya saling
percaya, tumbuhnya saling mencurigai (negative thinking), menjamurnya mental
hipokrit, apriori terhadap tugas dan kewajiban dan sifat-sifat tercela lainnya
sebagai akibat dari hilangnya amanah.
Pentingnya Amanah dalam Kehidupan
Berbicara tentang orang-orang yang akan
menentukan masa depan bangsa ini, tak lepas dari membicarakan masalah amanah.
Di tengah berbagai konflik yang ada, mampukah mereka menjalankan amanah itu?
Kata “amanah” adalah suatu kata yang besar
dalam Islam. Bila dilihat berdasarkan syariat, amanah ini pengertiannya sangat
luas dan mendalam. Mulai dari “Menyimpan rahasia hingga “menjalankah sesuatu
yang menjadi perjanjian atau tugas”.
Amanah adalah akhlak dari para Nabi dan Rasul.
Mereka adalah orang-orang yang paling baik dalam menjaga amanah. Tidak heran
bila Rasulullah dikenal sebagi orang yang paling terpercaya, terutama dalam
menjalankan amanah.
Ada empat elemen penting dalam konsep amanah,
yaitu:
Menjaga hak Allah SWT
Menjaga hak sesama manusia
Menjauhkan dari sifat abai dan berlebihan,
artinya amanah memang harus disampaikan dalam kondisi tepat, tidak ditambahi
atau dikurangi
Mengandung sebuah pertanggung jawaban
Perlu dicatat, amanah sangat berkaitan dengan
akhlak yang lain, seperti kejujuran, kesabaran, atau keberanian. Karena untuk
menjalankan amanah, perlu keberanian yang tegas. Amanah sebagai salah satu
unsur dalam Islam, membuktikan bawah salah satu fungsi agama adalah memberikan
nilai pada kehidupan. Apalagi, amanah dititipkan pada hal-hal kecil, bukan
hanya hal-hal besar saja.
Islam mengajarkan bahwa tidak ada iman bagi
orang yang tidak amanah dan tak ada agama bagi orang yang tak berjanji. Ini
berarti amanah adalah bagian dari iman. Sehingga mereka yang tidak menjaga
amanah, termasuk pada golongan orang-orang yang tidak beriman. Selain itu,
agama juga mengajarkan kita untuk berjanji dan menepatinya karena itu bagian
dari kehidupan.
Lebih lanjut, berbicara amanah juga merujuk
pada golongan manusia yang termasuk para pemimpin. Bagaimanapun juga, kita
semua merupakan pemimpin, setidaknya bagi diri sendiri dan keluarga. Sehingga,
nanti kita pasti akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepempinan kita. Hal ini tercantum dalam Alquran surat Al Anfaal ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Dari ayat di atas, kita bisa lihat bahwa Allah
benar-benar dengan tegas melarang sifat khianat. Rasulullah pun dengan tegas
mendidik orang untuk menjalankan amanah, bahkan sedari kecil.
Misalnya, ada satu kisah tentang seorang anak
kecil bernama Abdullah. Pada suatu hari, dia disuruh ibunya menyampaikan
setandan anggur kepda Rasulullah. Tapi di jalan, mungkin karena kehausan,
beberapa anggur dimakan oleh Abdullah.
Ketika anggur itu diberikan, Rasulullah
mengetahui hal itu dan seketika itu juga Rasulullah menjewer telinga Abdullah
sambil mengucapkan kalimat, “Hai pengkhianat” sebanyak tiga kali.
Dalam hal ini, kita bisa lihat, bahwa menjaga
amanah itu sangat penting dan memiliki konsekuensi yang besar untuk orang-orang
yang mengabaikan amanah. Begitu besarnya, hingga bumi, langit, dan gunung pun
takut melanggarnya. Hal ini tercantum dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 72:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat
kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
Bila mereka saja takut, bukankah kita
seharusnya lebih takut? Karena kitalah yang akhirnya dititipi amanah itu dan
nantinya akan ditanya tentang pertanggungjawabannya.
Do’a
Sesudah Belajar
اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّـبَاعَه وَأَرِنَا الْبَاطِلَ
بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Aallohumma Arinal Haqqo Haqqon
Warzuqnattibaa’ahu. Wa Arinalbaathila Baa-Thilan Warzuqnajtinaabahu
Artinya
: Ya Alloh, tunjukkanlah kepada kami kebenaran sehinggga kami dapat
mengikutinya. Dan tunjukkanlah kepada kami kejelekan sehingga kami dapat
menjauhinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar