Banyak sekali nikmat yang Allah
berikan, salah satu diantaranya Adalah nikmat kemerdekaan. Betapa dengan
kemerdekaan kita bisa lebih maju, kita bisa melakukan apapun untuk peningkatan
kualitas, sarana dan prasarana ibadah kita. Dengan modal kemerdekaan ini kita
bisa menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, dengan hakikat kemerdekaan juga kita
bisa menjunjung tinggi pendidikan. Maka tanggal 17 agustus yang lalu merupakan
hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, pada hari tersebut segenap
komponen bangsa merayakan kemenangan dan kemerdekaan setelah sekian ratus
lamanya hidup dibawah bayang-bayang intimidasi dan kedzaliman para penjajah.
Sangat wajar, jika kemenangan ini disambut dengan luapan kegembiraan yang gegap
gempita, seraya mengumandangkan kalimat tahmid, memuji dan mensyukuri karunia
Allah yang terbesar bagi bangsa ini.
Bagi umat Islam, anugerah
kemerdekaan ini selayaknya dijadikan momentum untuk mengasah rasa syukur kita
kepada Allah swt, momentum untuk membangun dan menghidupkan rasa syukur kita
kepada Allah swt dengan tentunya mengkonsumsi dan mendayagunakan semua nikmat
tersebtut kearah tujuan penciptaan manusia, sesuai dengan definisi syukur yang
didefinisikan oleh para Ulama “ As Syukru huwa sorful abdijamii’a ma
amanallaahu ilaa maa khuliqo liajrihi “ syukur merupakan segala bentuk
aktivitas seorang hamba dalam rangka mendayagunakan semua nikmat yang Allah
berikan kepadanya menuju tujuan manusia itu diciptakan yaitu beribadah kepada
Allah swt “.
Indikasi dari rasa syukur yang
mendalam sudah sepatutnya dibuktikan dengan tiga hal nyata didalam kehidupan
sehari-hari :
1. umat Islam dituntut untuk
memiliki disiplin yang tinggi didalam memenuhi semua tuntunan dan tuntutan baik
yang terkait dengan hak Allah swt maupun yang terkait dengan hak-hak sesama
makhluknya, demikian pula dengan berdisiplin tinggi, meninggalkan semua yang
merendahkan dan mengotori nilai luhur sebuah kemerdekaan dan kebebasan.
2. dengan mengagungkan dan meninggikan Allah diatas segala-galanya. Slogan “Allahu Akbar“ Allah maha besar bukan hanya dalam bentuk ucapan dan dzikir lisan saja, tetapi asma-asma Allah swt bagaimana bisa mendominasi seluruh ruang didalam hidup kita, sebutan asma-asma Allah berwibawa didalam hidup kita, ajaran dan pedomannya pun mewarnai setiap gerak langkah kita.
3. dengan memberdayakan potensi dari semua anugerah nikmat Allah kepada jalan yang benar sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yaitu beribadah mengabdi kepada Allah dalam makna yang seluas-luasnya dan makna yang setepat-tepatnya yaitu ibadah yang mengambil unsur perlawanan terhadap hawa nafsu yang cenderung merusak kehidupan manusia.
Sesungguhnya Islam lahir membawa
misi kemerdekaan dan kebebasan serta ingin mengantarkan segenap manusia kembali
kepada fitrah mereka yang suci. Misi kemerdekaan dan kebebasan yang
diperjuangkan oleh Islam merupakan inti dari idiologi yang benar yaitu tahrirul
‘ibad min ibaadatil ibaad ilaa ibaadati rabbil ibad “, membebaskan manusia dari
penghambaan, belenggu, dari ketergantungan kepada sesama manusia menuju
penghambaan dan pengabdian yang totalitas kepada Tuhan sang pencipta makhluk
sealam jagad ini. Allah menyebutkan didalam surat Ibrahim ayat 1-2
Artinya : Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (Yaitu) menuju jalan Tuhan yang maha perkasa lagi
maha terpuji. Allah yang memiliki segala apa yang dilangit dan di bumi. Dan
celakalah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (QS. Ibrahim
: 1-2)
Pembebasan dan kebebesan yang diinginkan oleh Islam bukan hanya terbatas pada
kebebasan dari belenggu fisik semata, tapi lebih dari itu adalah kebebasan dari
belenggu dan ketergantungan kepada selain Allah swt dalam berbagai bentuk dan
modusnya
1. Kebebasan dan pembebasan diri
manusia dari belenggu hawa nafsu yang sering kali menjerumuskan seseorang
kedalam sifat hewaniah bahkan sifat syaithoniah. Sehingga Allah swt mengecam
sifat ini dalam salah satu firman Nya
“terangkanlah kepada Ku tentang
orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya ? ( QS. AK Furqon : 43 ).
2. Pembebasan diri dan bangsa dari
belenggu prilaku dan akhlak madzmumah, akhlak yang tercela yang sekarang ini
menjadi tontotan dan tuntunan sehari-hari. Betapa informasi dan kenyataan
sehari-hari dilapangan ini sangat mengkhawatirkan masa depan generasi bangsa
ini yang akan meneruskan estafeta perjuangan para pahlawan yang telah sudi
mengorbankan harta, tenaga bahkan jiwa mereka untuk kedamain dan kesejahteraan
para penerusnya.
Pepatah Arab mengingatkan kepada
kita akan pentingnya akhlak “Sesungguhnya jati diri dan eksistrensi sebuah umat
sangat ditentukan dan tergantung kepada akhlaknya, jika akhlak mereka rusak
maka bangsa itu akan segera menemui kehancuran dan terus menerus berada dalam
keterpurukan “.
3. Pembebasan diri dan bangsa dari
budaya dan pandangan hidup hedonisme yang mengarah kepada semata-mata memburu
kenikmatan duniawi sesaat secara berlebih-lebihan yang akhiranya akan
melahirkan budaya persimifisme, yaitu budaya serba boleh. Mereka menuntut
diilegalkannya praktek prostitusi, seks bebas, dan praktek kemaksiatan yang
lainnya atas nama hak asasi manusia dengan melupakan hak asasi Allah swt.
Dalam kondisi semacam ini biasanya
segala aktifitas kebaikan, segala bentuk amar ma’ruf dan nahyi munkar akan
dianggap sebagai penyakit, dianggap sebagai hama yang harus segera dibasmi
seperti yang dikatakan oleh kaum nabi Luth terhadap nabi mereka. mereka
mengatakan dengan budaya dan cara pandang hedonisme mereka, dengan budaya dan cara
pandang persimifisme mereka
4. Pembebasan diri dan umat dari
praktek syirik dalam segala bentuknya, sehingga seperti yang dikhawatirkan oleh
Imam Ali karomallahu wajhah tentang kondisi sebuah umat yang tidak ada nilai
dan tidak ada harganya dimata Allah dan juga dimata manusia. Imam Ali
menyebutkan “akan darang atas manusia suatu zaman semangat mereka hanya berada
disekitar perut mereka, kemuliaan mereka sangat tergantung kepada benda-benda
fisik semata, jidat mereka ada pada perempuan-perempuan, agama mereka ada pada
urusan dinar dan dirham. Mereka itulah orang-orang yang paling jahat dan tidak
ada nilainya disisi Allah swt “. Inilah yang dikhawatirklan oleh Imam Ali,
manakala nilai dan semangat kemerdekaan ini tidak diisi dengan rasa syukur yang
mendalam untuk memberdayakan, mendayagunakan segala kemampuan yang kita miliki,
segala potensi yang dimiliki untuk mengharapkan ridho Allah swt.
Merupakan fakta sejarah yang tidak
dapat dipungkiri bahwa peran dan sumbangan para Ulama, peran dan sumbangan para
pahlawan serta umat Islam begitu besar dan menentukan dalam perjuangan bangsa
Indonesia menentang penjajah dan meraih kemerdekaan. Betapa kontribusi mereka
yang sangat bernilai dimata bangsa ini harus senantiasa dijadikan suatu
semangat untuk mengukir prestasi sebagai bentuk relisasi dari rasa syukur
kepada Allah swt. Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk
meneladani perjuangan para pahlawan negeri ini, meneruskan perjuangan mereka
dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti
dan bentuknya. Semoga dengan keberkahan dan rahmat Allah swt, bangsa ini segera
terbebas dari segala bentuk ujian dan bencana yang menimpa, baik ujian secara
fisik materil maupun ujian secara akhlak dan moral, karena itu merupakan ujian
yang cukup terbesar bagi bangsa ini. Keberkahan dan rahmat Allah mudah-mudahan
senantiasa mewarnai kehidupan bangsa ini seperti halnya atas berkat rahmat
Allah jualah bangsa ini meraih kemerdekaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar