Mengelola masjid
 pada saat ini memerlukan ilmu dan keterampilan manajeman. Berbagai 
metode menajemen modern yang ada saat ini merupakan alat bantu yang 
perlu dipergunakan oleh pengurus masjid. Pengurus masjid harus mampu 
menyesuaikan diri dengan riak perkembangan zaman. Tak ada alasan untuk 
mengelak. Sebab, bukan saatnya lagi pengurus masjid mengandalkan sistem 
pengelolaan tradisional, yang tanpa kejelasan perencanaan, tanpa 
pembagian tugas, tanpa laporan pertanggunganjawaban, dan sebagainya.
Dengan sistem pengelolalan yang tradisional, masjid tak mungkin 
berkembang. Bukannya maju, mereka malah akan tercecer dan makin lama 
makin jauh tertinggal bahkan tergilas oleh perputaran zaman. Kegiatannya
 akan sulit mendapat dukungan dan simpati masyarakat sekitar. Di sinilah
 pentingnya mempelajari ilmu manajemen modern, atau sekurang-kurangnya 
menerapkan manajemen praktis dalam 
mengelola masjid.
mengelola masjid.
Manajemen sendiri dapat diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri 
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan 
pengendalian dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan(George. 
R. Terry).
Dengan diterapkannya manajemen pada organisasi masjid, maka akan diperoleh berbagai keuntungan. Diantaranya adalah :
- Tujuan menjadi realistis dan dapat dicapai, karena masing-masing anggota menyumbang untuk memberikan sarannya dan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya.
 - Pemimpin dan anggota mengerti prioritas satu sama lain dan saling membantu ketika kesulitan timbul.
 - Komunikasi menjadi terbuka. Kreativitas dan kesungguh-sungguhan kerja menjadi meningkat.
 - Umpan balik prestasi menjadi lebih bermakna karena anggota mengerti apa yang diharapkan dan dapat memonitor prestasi mereka berdasarkan harapan.
 
Prinsip Manajemen Remaja Masjid
Ada banyak teori dan metode manajemen yang dapat diterapkan pada 
organisasi masjid. Namun yang perlu dicamkan adalah bahwa semua teori 
dan metode manajemen yang diterapkan tersebut tidak boleh bertentangan 
dengan nilai-nilai Islam dan kesucian masjid.
Secara prinsip, penerapan manajemen masjid minimal harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Visi dan misi yang jelas.
2. Program yang realistis.
3. Implemantasi program yang berbobot.
4. Pemimpin yang efektif
5. Pengurus yang dinamis.
Visi dan misi yang jelas
Istilah visi dan misi akhir-akhir ini menjadi istilah populer di 
kalangan aktivis organisasi. Berbagai organisasi berupaya memiliki visi 
dan misi agar tidak dianggap ketinggalan jaman. Namun hanya sedikit dari
 aktivis organisasi yang mengetahui arti visi dan misi yang 
sesungguhnya.
Misi adalah maksud atau tugas utama organisasi yang unik (yang 
membedakannya dengan organisasi lainnya). Misi yang dibuat sebuah 
organisasi harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyan berikut ini:
1. Siapa kita?
2. Mengapa kita dibentuk?
3. Apa yang kita kerjakan?
4. Apa keunggulan utama kita?
5. Siapa yang kita layani?
6. Dimana kita mengerjakannya?
Misi yang jelas adalah misi yang dibuat dalam kalimat yang singkat dan 
sederhana (KISS=Keep It Short and Simple), sehingga mudah dicerna dan 
diingat. Semakin terfokus dan semakin unik misi sebuah organisasi maka 
semakin jelas serta efektif organisasi tersebut.
Misi berfungsi sebagai pedoman umum bagi organisasi dalam rangka 
mencapai tujuannya (visinya). Ia ibarat "rute" yang harus ditempuh 
organisasi. Jika organisasi tidak konsisten menjalankan misinya, maka 
organisasi menjadi sulit, bahkan tidak mungkin, mencapai tujuannya.
Sedang visi adalah cita-cita atau harapan yang agung dari organisasi. 
Visi yang jelas adalah visi yang merupakan gambaran riil dari masa depan
 organisasi. Oleh sebab itu, visi bersifat materil (konkret dan dapat 
diukur). Sebaliknya misi bersifat sprituil (kejiwaan).
Visi yang baik adalah visi yang terfokus dan dibuat dalam kalimat yang 
menarik, sehingga mampu memotivasi anggota organisasi. Visi sebaiknya 
tidak terlalu mudah dan tidak dapat terlalu sulit untuk dijangkau.
Visi dan misi harus dikomunikasikan kepada seluruh anggota organisasi 
secara berkesinambungan, sehingga lama kelamaan menjadi budaya 
organisasi (organization culture).
Visi dan misi dapat diubah jika tidak lagi sesuai dengan situasi 
internal dan eksternal (lingkungan) organisasi. Oleh karena itu, visi 
dan misi sebaiknya bersifat fleksibel. Kejelian mengantisipasi perubahan
 jaman merupakan kunci dari pembuatan visi dan misi yang fleksibel. 
Kekakuan dalam merubah visi dan misi yang tidak lagi sesuai perkembangan
 jaman akan membuat organisasi menjadi stagnan, dan akhirnya terpaksa 
dilikuidasi. Sebuah pepatah mengatakan: if you don't change, you'll die 
(jika engkau tidak berubah, engkau akan mati). Ini juga berlaku untuk 
visi dan misi organisasi masjid.
Program yang realistis
Banyak organisasi masjid yang membuat program tanpa didasari kemampuan 
yang ada, sehingga akhirnya mereka membuat program yang cantik di atas 
kertas tapi sulit direalisasikan. Hal ini karena mereka membuat program 
tanpa terlebih dahulu melakukan analisa kemampuan organisasi. Salah satu
 model analisa kemampuan organisasi yang cukup mudah diterapkan adalah 
SWOT Analysis (Analisa SWOT).
Analisa SWOT adalah analisa kemampuan yang memperhatikan unsur kekuatan 
(strength), kelemahan (weakness), peluang (oppurtunity) dan tantangan 
atau ancaman (threat) organisasi. Kekuatan dan kelemahan lebih mengarah 
pada situasi internal organisasi. Sedang peluang dan ancaman lebih 
mengarah pada situasi lingkungan (eksternal) organisasi.
Organisasi masjid perlu membuat analisa SWOT dengan melakukan pendataan 
terhadap apa saja yang termasuk kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
 organisasinya. Dari data tersebut, lalu dibuat strategi yang nantinya 
akan mewarnai program kerja organisasi.
Ada dua model pembuatan strategi berdasarkan analisa SWOT, yakni :
a. Model Kuadran SWOT
Model Kuadran SWOT akan menghasilkan alternatif strategi yang perlu 
dilakukan organisasi masjid, yakni strategi ekspansi (pengembangan 
kegiatan), strategi diversifikasi (pilih-pilih kegiatan), strategi 
konsolidasi (pemantapan kegiatan) atau strategi bertahan/bubar 
(mempertahankan/membubarkan kegiatan).
b. Model Matrik TOWS
Model Matrik TOWS menghasilkan empat strategi, yakni :
- Strategi SO (memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang)
- Strategi WO (menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang)
- Strategi ST (memakai kekuatan untuk menghindari ancaman)
- Straegi WT (memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman)
Dari strategi yang dibuat berdasarkan analisa kemampuan organisasi, lalu
 dibuat program kerja jangka pendek/jangka panjang berdasarkan strategi.
 Bukan berdasarkan obsesi atau keinginan individu. Dan juga bukan 
berdasarkan "nafsu besar, tenaga kurang."
Program kerja yang baik sekurang-kurangnya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
a. Nama kegiatan
b. Sasaran kegiatan
c. Waktu kegiatan
d. Tempat kegiatan
e. Biaya kegiatan
f. Objek kegiatan
g. Standar prestasi kegiatan
Implemantasi program yang berbobot
Imlementasi program yang berbobot tidak dapat lepas dari 
pengorganisasian (organizing) dan pengarahan (actuating) yang baik. 
Beberapa unsur pengorganisasian yang perlu dilakukan organisasi masjid 
antara lain :
a. Membuat struktur organisasi berdasarkan program.b. Membuat uraian pekerjaan tugas (job description) berdasarkan pemerataan tugas.
c. Menempatkan personil pengurus berdasarkan kemauan, kemampuan, dan kesempatan.
d. Menginventarisir sarana/fasilitas dan dana yang dibutuhkan.
Sedang unsur pengarahan (actuating) organisasi masjid yang perlu diwujudkan antara lain adalah:
a. Kemampuan memotivasi.
b. Kemampuan bekerja sama.
c. Kemampuan mengelola konflik.
d. kemampuan berkomunikasi timbal balik.
  
Pemimpin yang efektif 
Pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi kgiatan induvidu atau 
kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu(Paul 
Hersey). Pemimpin yang efektif memahami secara sungguh-sungguh bahwa ia 
harus membawa organisasinya mewujudkan visi yang telah disepakati. 
Berarti ia perlu memiliki kemampuan :
- Menciptakan visi yang menggambarkan kondisi organisasi di masa depan dan mampu mengkomunikasikannya kepada anggota.
 - Mengembangkan strategi rasional yang menuju kepada visi yang telah dibuat.
 - Mengarahkan dan mengajak anggota untuk bekerjasama dalam rangka mewujudkan visi yang telah disepakati.
 
Pemimpin yang efektif pada organisasi masjid adalah juga pemimpin yang berciri Islami. Beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islami adalah :
a. Setia
Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.
b. Tujuan
Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan 
kelompok tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.
c. Berpegang pada Syariat dan Akhlak Islam
Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, boleh menjadi pemimpin selama 
ia berpegang pada perintah syariat. Waktu mengendalikan urusannya ia 
harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berurusan dengan 
orang-orang yang tak sepaham.
d. Pengemban Amanah
Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah yang disertai oleh
 tanggung jawab yang besar. Qur'an memerintahkan pemimpin melaksanakan 
tugasnya untuk Allah dan menunjukkan sikap baik kepada pengikutnya.
"Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya 
mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf
 dan mencegah perbuatan yang mungkar... "(QS.22:41).
Pengurus yang dinamis
Pengurus yang dinamis dapat terwujud apabila pemimpin organisasi 
mewujudkan lingkungan yang demokratis (permisive atmosphere). Lingkungan
 demokratis hanya dapat diwujudkan apabila pemimpin berjiwa demokratis. 
Beberapa ciri pemimpin demokratis adalah :
- Menyukai musyawarah
- Memelihara kebebasan berpikir
- Memperhatikan kebutuhan anggota
- Melakukan pujian dan kritik secara seimbang
- mendorong prestasi anggota
- Menghargai prakarsa dan kritik anggota
- Mempercayai anggota dalam melaksanakan tugas
- Melakukan pengawasan secara wajar
- Memperlakukan anggota secara adil (tidak pilih kasih)
Sedang pengurus yang dinamis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memiliki rasa memiliki (sense of ownership) terhadap organisasi.
b. Proaktif dan kreatif dalam mengembangkan organisasi.
c. Komunikasi berlangsung secara terbuka.
d. Kerjasama dilakukan dengan saling percaya dan interdependensi (kesalingtergantungan) yang tinggi.
e. Konflik dikelola secara positif (tidak dihindari).
Lawan dari kepengurusan yang dinamis adalah kepengurusan yang statis. 
Pengurus yang statis tidak sehat untuk perkembangan organisasi, karena 
pengurusnya tak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. 
Beberapa ciri ketidaksehatan organisasi adalah :
- Anggota sering terlambat atau bahkan "menghindari" rapat.
- Anggota sering mengelak dari tugas.
- Anggota bekerja sendiri-sendiri.
- Tugas tidak diselesaikan tepat waktu.
- Hasil pekerjaan tidak sesuai dengan perencanaan/musyawarah.
Masjid dan Tantangan Masa Depan
Prospek mesjid di masa depan akan menghadapi tantangan yang tidak 
ringan. Sebab perkembangan dunia akan mempengaruhi eksistensi semua 
organisasi, termasuk organisasi masjid. Prediksi tentang dunia untuk 
abad mendatang (abad 21) antara lain adalah :
- Restrukturisasi tatanan ekonomi dan politik telah membuka tantangan dan kesempatan baru dalam berbagai bidang kehidupan. Aktivitas kehidupan akan semakin bervariasi, sehingga manusia semakin memiliki banyak pilihan untuk mengisi hidupnya.
 - Kemajuan teknologi informasi akan berpengaruh terhadap cepatnya perkembangan informasi. Informasi menjadi semakin cepat berubah dan perencanaan menjadi semakin sulit dilakukan.
 - Manusia menjadi aset (modal) yang paling berharga dan akan menggeseraset sarana dan dana. Intelektualitas dan kematangan kejiwaan menjadi unsur utama penghargaan terhadap manusia.
 - Persaingan hidup akan semakin tajam. Dengan diberlakukannya "pasar bebas" (free market), maka tidak ada lagi proteksi dan deskriminasi, sehingga persaingan terjadi dengan prinsip "survival of the fittest"(yang bertahan adalah mereka yang menang).
 
Di sisi lain, kondisi masjid pada saat ini masih terlihat cukup 
memprihatinkan. Masjid masih menghadapi berbagai kendala. Berbagai 
kendala tersebut antara lain adalah :
a. Kendala kepengurusan, baik tingkat pemahaman, perhatian dan kepribadian yang belum memadai.
b. Kendala program yang tidak banyak dan tidak bervariasi sehingga 
aktivitas masjid kebanyakan baru sebatas bidang ubudiyah dan pendidikan 
yang bertumpu pada pengajian.
c. Kendala sarana fisik masjid yang belum mampu menampung berbagai 
aktivitas. Karena bentuk masjid pada umumnya hanya terdiri dari ruang 
peribadatan, ditambah dengan tempat wudhu dan sekretariat.
d. Kendala dana yang selama ini hanya mengandalkan subsidi dari masjid atau donatur temporer.
e. Kendala partisipasi anggota/masyarakat sekitar yang masih rendah dukungannnya terhadap kegiatan masjid.
f. Kendala manajemen dan administrasi yang belum diterapkan secara sungguh-sungguh dan profesional.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tantangan masa depan yang semakin berat, maka masjid perlu memiliki strategi sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan pengurus masjid melalui 
pelatihan-pelatihan yang berlangsung secara berkala. Pelatihan yang 
dibutuhkan masjid adalah pelatihan keislaman dan da'wah, pelatihan 
manajemen dan administrasi, pelatihan sosial politik kontemporer, dan 
pelatihan keterampilan tertentu.
b. Melakukan kemungkinan-kemungkinan perubahan metode dakwah dari metode
 da'wah konvensional menjadi metode dakwah yang lebih kreatif, variatif,
 dan persuasif sehingga menarik bagi masyarakat sekitar 
(da'wah-entertaiment).
c. Membuat kegiatan usaha yang menguntungkan (profit oriented) dalam 
rangka subsidi silang kepada kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan 
masjid.
d. Melakukan kegiatan pembinaan (takwinul rijal) kepada kader-kader 
pengurus masjid dan remaja masjid secara berkesinambungan, bertahap, dan
 sungguh-sungguh.
e. Mewujudkan kepemimpinan demokratis dalam kepengurusan masjid, 
sehingga anggota memiliki sense of ownership (rasa kepemilikan) yang 
tinggi dan merasa diakui serta dihargai eksistensi dirinya.
f. Mengakselerasi rekrutmen anggota dengan cara melakukan dakwahfardiyah (interpersonal) yang persuasif dan bijaksana.
g. Meningkatkan kerjasama antar masjid atau dengan lembaga-lembaga yang 
peduli terhadap perkembangan masjid dalam rangka kerjasama program dan 
studi perbandingan.
h. Mempesar andil masjid dalam memakmurkan masjid secara luas, sehingga 
masjid dapat menjadi pusat kegiatan masyarakat (central Islamic 
activity).
Akhirnya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk meningkatkan kualitas masjid, sehingga masjid mampu menjadi salah satu dari tiga pilar kaderisasi kepemimpinan Islam yang handal (selain kampus dan pesantren).
-------------------------
Bahan Pustaka :
1. Anoraga, Pandji, Perilaku Keorganisasian, Pustaka Jaya, Jakarta, 1995.
2. Al Thalib, Hisam, Panduan Latihan Bagi Juru Dakwah, Media Da'wah,Jakarta, 1996.
3. Ayub, Mohamad, Manajemen Masjid, Gema Insani Press, Jakarta, 1997.
4. Kirana, Andy, Etika Manajemen, Andi, Yogyakarta, 1997.
5. B.Maddux, Robert, Team Building ; An Exercising in Leadership, Crisp Publication, 1990http://www.komunitaspecintamasjid.org/2015/03/cara-mengelola-organisasi-remaja-masjid.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar