SIKAP SABAR DAN SYUKUR DALAM MENGHADAPI PANDEMI

 Rasulullah bersabda : “Sungguh mengagumkan dinamika kehidupan orang mukmin. Tidak satu pun ketetapan Allah, kecuali menjadi kebaikan bagi dirinya. Jika kesulitan menimpa dirinya ia bersabar, maka kesulitan itu menjadi baik baginya. Sebaliknya jika kesenangan menimpa dirinya ia bersyukur kepada Allah swt, sehingga kesenangan itu pun menjadi kebaikan baginya.”

Manusia selalu mengalami pasang surut dalam hidupnya. Suka dan duka, senang dan susah selalu datang silih berganti. Perbedaannya hanya pada kenyataan bahwa ada orang atau bangsa yang kesenangannya lebih panjang dari kesulitannya. Sebaliknya, ada orang atau bangsa yang kesulitannya justru lebih panjang dari kesenangannya.

Menyikapi kenyataan ini, islam mengajarkan kepada kita sikap sabar dan syukur. Dalam masa masa sulit seperti pandemik covid 19 ini, manusia dihimbau agar bersikap sabar. Di sini, kesabaran diperlukan agar seseorang mempunyai kesiapan mental menghadapi kesulitan itu. Sikap sabar yang diajarkan al quran bukanlah sikap menerima kehinaan, melainkan komitmen yang kuat untuk mencapai cita-cita (Al Ahqaf, 35). Sabar juga bukan sikap lemah dan menyerah kepada musuh, melainkan sebuah jihad atau perjuangan.

Sabar itu ada tiga tingkatan. Pertama, sabar dalam arti siap mental menghadapi berbagai kesulitan (ishbiru). Kedua, sabar dalam arti ulet dan tahan uji dalam mencari jalan keluar (shabiru). Dan Ketiga, sabar dalam arti tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan (Rabithu)

Sikap yang ketiga ini amat penting, karena banyak orang yang setelah berhasil keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan memperoleh kemenagan, mereka menjadi lupa diri dan keluar dari khittah, garis perjuangan yang semula menjadi pijakannya.

Jika dalam masa sulit kita diperintahkan untuk bersabar, maka dalam keadaan lapang dan senang, kita diperintahkan agar bersyukur. Menurut Imam Al Ghazali, syukur itu mengandung dua makna. Pertama syukur berarti menyadari secara sungguh-sungguh besarnya nikmat Allah. Kesadaran ini akan menghindarkan manusia dari sikap sombong serta sikap lupa diri. Kedua, syukur berarti mempergunakan semua nikmat Allah sesuai dengan maksud pemberinya. Dengan begitu, nikmat ini tidak saja akan bertambah seperti dijanjikan Allah swt dalam al qur’an, tetapi juga akan mendatangkan kemaslahatan bagi umat manusia.

Ajaran sabar dan syukur itu sesungguhnya dapat diidentifikasi sebagai faktor pengendali dalam kehidupan manusia yang sangat dinamis. Keduanya diperlukan agar manusia tidak menyimpang dan kehilangan kontrol, baik dikala susah maupun di waktu senang. Tanpa sikap sabar, seseorang bisa terjerumus pada jurang kehinaan dan putus asa yang amat dikecam oleh agama. Sebaliknya, tanpa rasa syukur, seseorang akan mudah terjebak kedalam sikap kesombongan dan pemutlakan pada diri sendiri.

Rasulullah saw memberikan pujian kepada orang mukmin yang mampu menstablisasi dan mendinamisasi diri dengan sabar dan syukur dalam menyikapi dinamika kehidupan. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam menghadapi ujian yang Allah berikan kepada kita berupa pandemic Covid 19, semoga wabah segera berlalu dan Allah memberikan kesehatan serta keselamatan kepada kita. Aamiin.

Komentar