PENGUASA YANG JUJUR

 Mengambil dari sebuah kisah. Saat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq, suatu kaum Muslimin menghadapi paceklik dan tekanan ekonomi yang sangat berat. Para pedagang mencoba menimbun barang dan menaikkan harga  barang tersebut dengan berlipat ganda. Suatu ketika, rombongan pedagang dari Syam menurunkan barang dagangan berupa gandum dan kebutuhan sehari-hari yang telah dipesan Utsman Bin Affan, para spekulan mendatangi rumahnya dan menawarnya.

“Dua kali lipat keuntungan untukmu, apabila menjualnya kepada kami!”

kata para pedagang. Dengan tersenyum Utsman menjawab, “Mohon maaf, barang ini sudah ada yang membeli.” Para pedagang pun menaikkan penawarannya. “Kalau begitu, empat kali lipat keuntungan yang akan engkau peroleh.” Utsman tetap tak terpengaruh dengan penawaran yang telah melampaui batas kewajaran tersebut. Para pedagang meras penasaran seraya berkata, “Wahai Utsman, di Madinah ini kami adalah penawar yang terbaik. Siapa gerangan yang berani melebihi tawaran kami?” Utsman pun langung menjawab, “Allah memberi kepadaku sepuluh kali lipat” Dan, para pedagang itu pun tidak berani lagi menawarnya. Keesokan harinya Utsman bin Affan menjual seluruh barang dagangannya tersebut dengan harga yang terjangkau dan sebagiannya lagi dibagi-bagikan kepada para fakir miskin.

Dalam sebuah peristiwa yang lain, Rasulullah mendatangi seorang pedagang. Kemudian memasukkan tangannya kedalam tumpukan makanan, dan ternyata dalam tumpukan tersebut terdapat makanan yang buruk.

“Apa yang basah ini?” Tanya Rasulullah. Dengan gugup pedagang itu menjawab, “makanan itu kena air hujan sehingga busuk.” Rasul bersabda, “Mengapa tidak engkau tempatkan diatas, agar bisa dilihat pembeli? Barangsiapa yang menipu, dia bukan pengikutku!”

Peristiwa tersebut memberikan dua makna yang mendalam. Pertama, sikap keteladanan Utsman adalah potret seorang pedagang yang jujur dan mempuntai tanggung jawab sosial yang tinggi. Kedua, pedagang yang curang oleh rasulullah diancam tidak dimasukkan dalam kategori pengikutnya.

Dalam situasi dan kondisi seperti saat ini, sangat dibutuhkan kesabaran, kejujuran, dan kerja keras dari seluruh bangsa Indonesia. Kesabaran menyebabkan kita tidak mudah diterpa isu yang akan mencabik persatuan dan kesatuan bangsa. Suasana yang tenang, juga akan membuat para pemimpin bisa berfikir lebih jernih dan mampu mengambil keputusan yang baik. Ibarat sholat berjamaah, hendaknya kita mampu merapatkan shaf dan menyerahkan segala sesuatunya kepada imam sholat.

Para ulama dan umaro pun semestinya menunjukkan sikap zuhud, wara, dan dengan keteladanan yang nyata membantu rakyat kecil. Para pedagang juga harus jujur dan memberi empati yang mendalam pada nasib dan jerit tangis bangsanya, seperti sosok Utsman bin Affan.

Perang melawan krisis, hanya bisa dimenangkan selama kita mampu menempatkan diri sebagai pejuang (mujahid), tanpa harus saling menyalahkan , apalagi menambah sulitnya situasi dengan membuat kerusuhan. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dalam setiap gerak langkah para pemimpin kita dalam mensejahterakan rakyatnya. Aamiin

 

Samsul Ma’arif, S.Th.I

Penyuluh Agama Kota Yogyakarta

Komentar