MUTIARA HIKMAH : Mengenal Hakikat Shalat

✍ Shalat itu adalah mi'rajnya  orang beriman. Ungkapan ini disebut dalam bahasa arab: (ash-shalatu mi’rajul mu’min), sering menjadi kalimat motivasi akan penting dan istimewanya peran shalat dalam kehidupan pribadi seorang muslim. Meskipun ungkapan ini tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadits sehingga tidak bisa disandarkan sebagai sebuah hadits atau ucapan dari Nabi Muhammad saw, namun maknanya amat benar dan sesuai dengan sifat dari shalat yang diajarkan oleh beliau.☘



๐Ÿ‘‰ Sebagaimana kita ketahui, mi’raj adalah peristiwa istimewa yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. di mana beliau diperjalankan oleh Allah dengan pendampingan dari Malaikat Jibril dari Masjidil Aqsha menembus tujuh lapis langit dan menuju Sidratul Muntaha. Mi’raj merupakan salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW sekaligus menunjukkan keistimewaan beliau sebagai ciptaan yang paling utama. Tidak sembarang makhluk yang diberikan ijin untuk bisa melangkah masuk ke Sidratul Muntaha. Bahkan Jibril sendiri hanya bisa mengantar Nabi Muhammad SAW hingga langit ke tujuh dan beliau sendirian memasuki wilayah yang di dalamnya ada ‘Arsy Allah ini.๐Ÿ€

๐Ÿ‘‰ Dalam peristiwa ini Nabi Muhammad SAW. bertemu dengan Allah dan menerima wahyu perintah shalat lima waktu. Kewajiban shalat yang diberikan kepada umat islam ini disampaikan Allah SWT secara langsung dalam tatap muka (munajat) dengan Nabi-Nya. Hal ini menunjukkan kedudukan shalat yang amat penting dan istimewa dalam pandangan Allah dan dalam agama Islam. Dengan demikian, shalat sendiri memang sangat erat kaitannya dengan peristiwa mi’raj itu sendiri.๐ŸŒฟ

๐Ÿ‘‰ Lalu, apa makna dari ungkapan: shalat adalah mi’raj orang beriman ?
Shalat disebut mi’raj orang beriman karena pada saat shalat, seorang mukmin pada  hakikatnya sedang bermunajat, bercengkerama, berbicara, dan  berkomunikasi, serta berdo'a secara langsung kepada Allah SWT. Hal ini mirip secara spiritual, secara ruhaniyah, dengan peristiwa mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW di atas.๐ŸŒด

✍ Hadits-hadits berikut ini semakin menunjukkan kedudukan shalat sebagai sarana bagi seorang beriman untuk bermunajat, menghadirkan wajah dan hatinya di hadapan Allah, atau ber-mi’raj kepada Allah SWT. Rasulullah SAW. bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila shalat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan.” (HR. Hakim). ๐ŸŒณ

✍ Dalam hadits qudsi ini Allah Tabaraka wa-Ta’ala berfirman :
ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ู‚َุณَู…ْุชُ ุงู„ุตَّู„َุงุฉَ ุจَูŠْู†ِูŠ ูˆَุจَูŠْู†َ ุนَุจْุฏِูŠ ู†ِุตْูَูŠْู†ِ ูˆَู„ِุนَุจْุฏِูŠ ู…َุง ุณَุฃَู„َ
“Allah berfirman, “Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu, & hambaku mendapatkan sesuatu yang dia pinta“.๐ŸŒฟ

Bayangkan, saat anda membaca “Alhamdulillahir rabbil ‘aalamiin” Tuhanmu dari atas langit ke tujuh menjawab, “HambaKu memujiKu“
ูˆَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ: { ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠู…ِ } ู‚َุงู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ุฃَุซْู†َู‰ ุนَู„َูŠَّ ุนَุจْุฏِูŠ ูˆَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ: { ู…َุงู„ِูƒِ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุฏِّูŠู†ِ } ู‚َุงู„َ ู…َุฌَّุฏَู†ِูŠ ุนَุจْุฏِูŠ ูˆَู‚َุงู„َ ู…َุฑَّุฉً ูَูˆَّุถَ ุฅِู„َูŠَّ ุนَุจْุฏِูŠ ูَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ: { ุฅِูŠَّุงูƒَ ู†َุนْุจُุฏُ ูˆَุฅِูŠَّุงูƒَ ู†َุณْุชَุนِูŠู†ُ } ู‚َุงู„َ ู‡َุฐَุง ุจَูŠْู†ِูŠ ูˆَุจَูŠْู†َ ุนَุจْุฏِูŠ ูˆَู„ِุนَุจْุฏِูŠ ู…َุง ุณَุฃَู„َ ูَุฅِุฐَุง ู‚َุงู„َ: { ุงู‡ْุฏِู†َุง ุงู„ุตِّุฑَุงุทَ ุงู„ْู…ُุณْุชَู‚ِูŠู…َ ุตِุฑَุงุทَ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุฃَู†ْุนَู…ْุชَ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ุบَูŠْุฑِ ุงู„ْู…َุบْุถُูˆุจِ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ูˆَู„َุง ุงู„ุถَّุงู„ِّูŠู†َ } ู‚َุงู„َ ู‡َุฐَุง ู„ِุนَุจْุฏِูŠ ูˆَู„ِุนَุจْุฏِูŠ ู…َุง ุณَุฃَู„َ
“Jika hamba tersebut mengucapkan, “Arrahmaanirrahiim.” (Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang) Ku-jawab, “HambaKu memujiKu lagi”☘

Jika hamba-Ku mengatakan: “Maaliki yaumiddiin ” (Penguasa di hari pembalasan), Ku-jawab, “Hamba-Ku menyanjung-Ku.”

Jika hamba-Ku mengatakan: “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin” (hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta tolong). Ku-jawab,” Inilah batas antara Aku dan hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta…”๐Ÿ€

Jika hamba-Ku mengatakan: “Indinas Shiraatal mustaqiim. Shiraatal ladziina an-‘amta ‘alaihim ghairil mafhdhuubi ‘alaihim waladh dhzaalliiin..  (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. Bukan jalan orang-orang yang Kau murkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat), maka Ku-jawab, “Inilah bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta.” (HR. Muslim no. 598).๐ŸŒด

๐Ÿ‘‰ Hadist qudsi di atas sangat memperjelas bahwa terjadinya komunikasi seorang hamba kepada Allah adalah saat shalat. Jadi, benarlah ungkapan bahwa: shalat adalah mi’raj bagi orang mukmin.

Komentar