Apa do’a yang dianjurkan banyak dibaca pada malam lailatul qadar?
Ada do’a yang pernah diajarkan oleh Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa
 sallam jikalau kita bertemu dengan malam kemuliaan tersebut yaitu do’a:
 Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).
 عَنْ
 عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ 
أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ  قُولِى 
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
Maksud dari “innaka ‘afuwwun” adalah yang banyak memberi maaf. Demikian kata penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi.
Para ulama menyimpulkan dari hadits di atas tentang anjuran 
memperbanyak do’a “Allahumma innaka ‘afuwwun …” pada malam yang diharap 
terdapat lailatul qadar. Do’a di atas begitu jaami’ (komplit 
dan syarat makna) walau terlihat singkat. Do’a tersebut mengandung 
ketundukan hamba pada Allah dan pernyataan bahwa dia tidak bisa luput 
dari dosa. Namun sekali lagi meminta ampunan seperti ini tidaklah 
terbatas pada bulan Ramadhan saja.
Al Baihaqi rahimahullah berkata, “Meminta maaf atas kesalahan dianjurkan setiap waktu dan tidak khusus di malam lailatul qadar saja.” (Fadho-ilul Awqot, hal. 258).
Ibnu Rajab rahimahullah juga memberi penjelasan menarik,
و
 إنما أمر بسؤال العفو في ليلة القدر بعد الإجتهاد في الأعمال فيها و في 
ليالي العشر لأن العارفين يجتهدون في الأعمال ثم لا يرون لأنفسهم عملا 
صالحا و لا حالا و لا مقالا فيرجعون إلى سؤال العفو كحال المذنب المقصر
“Dianjurkan banyak meminta maaf atau ampunan pada Allah di malam 
lailatul qadar setelah sebelumnya giat beramal di malam-malam Ramadhan 
dan juga di sepuluh malam terakhir. Karena orang yang arif adalah yang 
bersungguh-sungguh dalam beramal, namun dia masih menganggap bahwa 
amalan yang ia lakukan bukanlah amalan, keadaan atau ucapan yang baik 
(sholih). Oleh karenanya, ia banyak meminta ampun pada Allah seperti 
orang yang penuh kekurangan karena dosa.”
Yahya bin Mu’adz pernah berkata,
ليس بعارف من لم يكن غاية أمله من الله العفو
“Bukanlah orang yang arif jika ia tidak pernah mengharap ampunan Allah.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 362-363).
Hadits ‘Aisyah di atas juga menunjukkan bahwa do’a di malam lailatul 
qadar adalah do’a yang mustajab sehingga dia bertanya pada Rasul 
mengenai do’a apa yang mesti dipanjatkan di malam tersebut.
Hadits ‘Aisyah juga menunjukkan bahwa jika seseorang berdo’a pada 
Allah diperantarai dengan tawassul melalui nama-nama Allah. Seperti 
dalam do’a terlebih dahulu memuji Allah dengan ‘Allahumma innaka 
‘afuwwun, yaitu Ya Allah yang Maha Pemberi Maaf’. Bentuk do’a semacam 
ini adalah bertawassul terlebih dahulu dengan nama atau sifat  Allah 
yang sesuai dengan isi do’a.
Dalil di atas juga menunjukkan bahwa sifat ‘afwu (pemaaf) adalah di 
antara sifat Allah. Maksud ‘afwu adalah memaafkan dosa yang diperbuat 
hamba. Begitu pula hadits tersebut menetapkan sifat mahabbah (cinta) 
bagi Allah. Penetapa sifat di sini adalah sesuai dengan keagungan Allah,
 tanpa dimisalkan dengan makhluk dan tanpa ditolak maknanya. Wallahu a’lam.
Semoga Allah memberi taufik pada kita untuk memperbanyak do’a yang sedang kita kaji ini di penghujung Ramadhan.
Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi:
Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan ketiga, tahun 1432 H, 5: 131-133.
Lathoif Al Ma’arif fii Maa Limawasimil ‘Aam minal Wazhoif, Ibnu Rajab Al Hambali, terbitan Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, tahun 1428 H, hal. 362-363.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar